Home » » Ada Apa Dengan Laut

Ada Apa Dengan Laut




Membentang di garis khatulistiwa, perairan laut nusantara menopang aneka kehidupan hayati. Lautan topis seluas 5,8 juta km(kilometer persegi) menutupi hampir 70 persen dari sekitar 7,8 juta km2 wilayah Indonesia.  Samudera raya itu bersentuhan langsung dengan 17.480 pulau dengan panjang garis pantainya mencapai 95.186 km, dan merupakan garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Kanada, Amerika Serikat, dan Rusia.
Pada kedalamannya, laut Indonesia memendam hamparan terumbu karang yang ditempati lebih dari 500 spesies dari 70 genus terumbu karang.Taman air dangkal ini membentuk relung-relung ekologi yang didiami ratusan ikan karang, alga, crustacea, moluska, mamalia, dan reptilia laut.  Komunitas biota laut dan terumbu karang ini berpadu membentuk surga bawah laut yang indah.
Indonesia berada pada peringkat kedua yang memiliki terumbu karang terluas di dunia setelah Australia dan merupakan pusat segitiga terumbu karang dunia yang dikenal dengan istilah “The Coral Triangle” yang merupakan kawasan dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. The Coral Triangle tersebut meliputi enam negara yaitu Malaysia, Philipina, Timor Leste, Papua Nugini, Indonesia, dan Kepulauan Solomon.  Posisi ini tentunya membuat terumbu karang Indonesia menjadi lebih penting, karena disamping menjadi sumber penghidupan masyarakat Indonesia juga bagi dunia.
Sayangnya terumbu karang mulai terancam kelestariannya karena berbagai masalah pencemaran dan cara penangkapan ikan yang merusak terumbu karang. Kerusakan terumbu karang terbesar disebabkan oleh penangkapan ikan dengan menggunakan bom ikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, bahan peledak 0,5 kilogram bila diledakkan pada dasar terumbu karang menyebabkan matinya ikan yang berada di dalamnya sampai radius 10 meter dari pusat ledakan.  Adapun terumbu karang yang hancur sama sekali sampai radius tiga meter dari pusat ledakan.  Ledakan bom tersebut menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem terumbu karang yang telah teridentifikasi sejak tahun 1990-an.  Hasil penelitian Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tahun 2006 menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang yang sangat baik hanya tinggal 5,23%, baik 24,26%, cukup 37,34% dan yang kurang baik atau rusak sebesar 33,17%.  Kondisi yang lebih menghawatirkan dibandingkan data pada tahun 2005 dimana yang sangat baik masih tercatat sebesar 5,8%, baik 25,7% dan kurang baik atau rusak sebesar 31,9%.
Kerusakan itu menghilangkan peluang ekonomi pariwisata senilai 3.000 hingga 500.000 dollar AS per kilometer persegi.  Sebaliknya, jika terumbu karang rusak diperlukan dana  besar untuk pemulihannya dan memakan waktu yang lama hingga 50 tahun.
Salah satu usaha pengembangan wilayah pesisir yang asli bagi pariwisata dan rekreasi adalah pembentukan Taman Nasional Laut (TNL) dan Taman Wisata Alam Laut (TWAL) yang memadukan usaha perlindungan dan pelestarian sumber daya alam dengan kepariwisataan.  Saat ini Indonesia memiliki 7 Taman Nasional Laut dan 18 Taman Wisata Alam Laut (lihat Tabel 1 dan Tabel 2).  Keberadaan TNL dan TWAL tersebut menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, sehingga pendapatan dan kesejahteraan masyarakat meningkat.  Masyarakat dapat bekerja sebagai pemandu wisata, pedagang, dan pembuat cinderamata. Selain itu masyarakat juga dapat mendirikan fasilitas – fasilitas pendukung pariwisata, seperti cottage, gedung pertemuan, sarana transportasi, bar, bungalow, restoran, toko, tempat berkemah, hingga pengelolaan diving centre di kawasan TNL dan TWAL.
Selain itu, dengan penetapan kawasan TNL nelayan berharap bisa dengan leluasa melakukan penangkapan, penangkaran ataupun budidaya ikan perairan laut.  Karena salah satu zona dari tiga zona pembagian kawasan itu ditetapkan sebagai Zona Pemanfaatan Intensif (kawasan yang diperbolehkan untuk dimanfaatkan berbagai keperluan seperti pembangunan cottage, pariwisata, serta budidaya perikanan). Sedangkan, dua zona lainnya masing-masing ditetapkan sebagai Zona Inti (kawasan yang harus dilindungi dan diamankan kelestariannya untuk kepentingan penelitian) dan Zona Pemanfaatan Tradisional (kawasan yang diperbolehkan bagi nelayan lokal untuk memanfaatkan sumber daya alamnya seperti penangkapan ikan secara tradisional).

Tabel 1. Taman Nasional Laut (TNL)
No.
Nama
Luas (Ha)
Provinsi
1.
Taman Nasional Laut Bunaken
89.065
Sulawesi Utara
2.
Taman Nasional Laut Taka Bonerate
530.765
Sulawesi Selatan
3.
Taman Nasional Laut Teluk Cendrawasih
1.453.500
Papua
4.
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu
107.489
DKI Jakarta
5.
Taman Nasional Laut Wakatobi
1.390.000
Sulawesi Tenggara
6.
Taman Nasional Laut Karimun Jawa
111.625
Jawa Tengah
7.
Taman Nasional Laut Kepulauan Togean
362.605
Sulawesi Tengah
(Sumber: DKP, 2007)

Tabel 2. Taman Wisata Alam Laut
No.
Nama
Luas (Ha)
Provinsi
1.
Pulau Kasa
1.100
Maluku Tengah
2.
Pulau Samama Sangalaki
280
Kalimantan Timur
3.
Pulau Weh Sabang
3.900
NAD
4.
Teluk Maumere
59.450
NTT
5.
Pulau Sangiang
1.228
Jawa Barat
6.
Teluk Kupang
60.000
NTT
7,
Gili Anyer, Gili Meno, Gili Trawangan
2.954
NTB
8.
Pulau Pombo
998
Maluku Tengah
9.
Tujuh Belas Pulau
9.900
NTT
10.
Kepulauan Banyak
227.500
NAD
11.
P. Moyo
6.000
BTB
12.
Pulau Padaido
183.000

13.
Pulau Satonda
2.600
NTB
14.
P. Marsegu
11.000
Maluku Tengah
15.
Teluk Lasolo
81.800
Sulawesi Tenggara
16.
Kapoposang
50.000
Sulawesi Tenggara
17.
Pulau Pieh
39.900
Sumatra Barat
18.
Kepulauan Padamarang
36.000
Sulawesi Tenggara
(Sumber: DKP, 2007)


DAFTAR PUSTAKA

DKP. 2007. Informasi Konservasi Kawasan Perairan di Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Mulyana dan Agus Dermawan. 2008. Konservasi Kawasan Perairan Indonesia   Bagi Masa Depan Dunia. DKP. Jakarta.
Mukhtar. 2009. Garis Pantai Indonesia Terpanjang Keempat di Dunia www.dkp.go.id. Jakarta.








0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.