Home » , » Cinta Diantara Perbedaan Budaya

Cinta Diantara Perbedaan Budaya


Beberapa waktu yang lalu seorang teman, sebut saja Susi, bercerita bahwa dirinya sedang memiliki hubungan dekat dengan seorang eks patriat, sebut saja Sean. 


Awalnya hubungan mereka berjalan dengan lancar. Namun, beberapa hari kemudian Susi berpikir kembali apakah akan meneruskan hubungan tersebut atau tidak. Hal yang menjadi pertimbangan adalah Susi merasa bahwa dirinya perlu melalui adaptasi akan banyak hal. Salah satunya adalah Ia mulai beradaptasi dengan perbedaan bahasa. Sean berasal dari salah satu negara di benua Eropa. Sean belum lancar menggunakan bahasa Indonesia dan tidak lancar dalam menggunakan bahasa Inggris, lancar menggunakan bahasa ibu dari tempat asalnya. 


Sementara Susi menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bagi Susi, komunikasi dapat berjalan saat keduabelah pihak dapat menguasai bahasa yang dapat dipahami oleh keduanya. Kenyataannya, Sean belum terampil dalam menggunakan bahasa Indonesia, dan Susi perlu menunggu cukup lama sampai Sean menyelesaikan dialog dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, Susi mengalami kesulitan untuk menggunakan bahasa ibu dari negara tempat Sean berasal. Lambat laun, Susi merasa lelah dalam memahami Sean, begitu juga dengan Sean terhadap Susi. 

Ilustrasi singkat mengenai Susi dan Sean merupakan salah satu gambaran dari sekian banyak adaptasi dalam hubungan percintaan diantara perbedaan budaya. Dalam penelitiannya yang berjudul cross-cultural transitions and wellness dealing with culture shock, Zapf menyebutkan saat seorang individu mulai mengenal kebudayaan baru, konflik yang muncul dalam diri mereka ketika berhubungan dengan perbedaan-perbedaan dalam aturan-aturan, makna-makna, dan nilai-nilai diantara dua kebudayaan. Lebih lanjut, penelitian Xia yang berjudul Analysis of impact of culture shock on individual psychology mengungkapkan bahwa perbedaan antara budaya satu dengan yangn lain, menyebabkan seseorang menemukan hal-hal yang tidak familiar atau hal yang belum pernah ia temui. Hal tersebut menimbulkan tekanan psikologis tertentu seperti perasaan depresi, cemas dan perasaan tidak berdaya. 

Penulis berpendapat saat seseorang memiliki relasi percintaan dengan individu yang memiliki budaya berbeda, maka ia pun akan melewati masa-masa culture shock. Dalam bukunya Pujiriyani yang berjudul Kiat-kiat mengantisipasi culture shock ditemukan bahwa culture shockterdiri dari 4 tahap. Berikut penjelasan mengenai setiap tahap culture shock dan beberapa contohnya dalam sebuah relasi percintaan antar budaya yang diungkap oleh penulis.

Pertama, Euphoric stage (fase kegembiraan yang berlebihan). Fase ini dapat ditandai pasangan saling ingin tahu kebudayaan masing-masing dan begitu bersemangat untuk mempelajari hal-hal baru. 

Kedua, hostile stage (tahap pertentangan)pada fase ini individu memiliki perasaan tidak puas, tidak sabar, marah, sedih, khawatir, dan tidak mampu. Fase ini terjadi ketika seseorang beradaptasi dengan budaya baru yang sangat berbeda dengan budaya di tempat asalnya. Fase ini dapat ditandai dengan pasangan mulai merasa "lelah" dengan komunikasi yang kurang lancar, akibat dari bahasa atau intonasi suara atau ekspresi emosi yang berbeda hingga makna yang diterima pun berbeda, cara menanggapi sebuah lelucon, dan sebagainya. 

Ketiga,  Acceptance  stage (tahap penerimaan). Pada fase ini seseorang memperoleh pemahaman tentang budaya baru sehingga terjadi keseimbangan pada dirinya. Seseorang mulai belajar untuk menerima perbedaan-perbedaan budaya yang baru dikenal sehingga dalam diri mereka mulai timbul rasa memiliki. Ada perasaan senang dan selera humor yang muncul pada fase ini. Dalam relasi percintaan, pasangan mulai dapat merasa memiliki dengan kebudayaan yang baru ia kenal dari pasangannya. Pasangan mulai merasa familiar dengan kebudayaan yang dimiliki pasangannya. 

Keempat, fase reversed culture shock stage (tahap culture shock terbalik). Individu menemukan bahwa beberapa adat istiadat baru yang diperoleh di tempat lain mungkin tidak berguna dalam budaya tempat asalnya. Akibatnya, muncul rasa rindu  pada tempat yang ditinggalkan dan orang-orang yang telah biasa bergaul dengan mereka. Dalam fase ini, contohnya adalah saat seorang individu mampu menyesuaikan diri dengan kebudayaan baru dari pasangannya, kemudian ia mengalami shock saat ia mengenal kembali kebudayaannya sendiri.

Xian memberikan beberapa solusi saat individu akan mengenal budaya baru adalah sangat penting bagi individu untuk tetap menjaga rasa percaya diri dan optimis, menerima kebudayaan baru dan mencari dukungan sosial guna mendukung proses adaptasi. Penulis ingin menambahkan dukungan sosial tersebut dapat berupa sahabat yang dapat membantu kita untuk mengenal budaya baru. 

Pada akhirnya, pasangan yang berbeda budaya atau bagi pasangan yang akan menjalin hubungan dengan individu dari lain budaya, persiapkanlah diri anda dengan baik dalam menghadapi lingkungan yang baru.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Powered by Blogger.