Demikian antara lain perbedaan mendasar antara manusia dan binatang buas. Maka, jika manusia mengandalkan ototnya, ia tak akan mampu menguasai binatang buas, malah akan jadi mangsa empuk binatang buas. Jadi, kalau ada manusia yang mengandalkan otot, apalagi saat diskusi, pasti yang bersangkutan bukan manusia.
Diskusi andalkan nalar dan ada seninya. Itulah dialektika, ada etika dalam diskursus. Rupanya yang bersangkutan tidak bisa membedakan antara diskusi dan eksekusi. Diskusi dia kira eksekusi, sehingga ia andalkan kekerasan. Mestinya dia hidup di hutan belantara. Sebab, di hutan, agar survive, otot dan kekerasan yang utama, namun tak demikian jika hidup di negara demokrasi. Yang utama adalah etika dan rasionalitas.
Jika juru bicara saja akrab dengan punggunaan kekerasan, apalagi laskar. Pasti, tidak punya otak. Jelas, mereka ini bukan kumpulan manusia, melainkan kumpulan hewan. Alasannya, mereka selalu gunakan otot dan kekerasan.*
*Yohanis Ansy Lema (Dosen FISIP Universitas Nasional dan Presenter TVRI)
0 comments:
Post a Comment